Pada artikel kali ini saya akan coba untuk menceritakan pengalaman yang saya alami dan masih saya ingat ketika membeli rumah. Kebetulan kejadian saya ini cocok sebagai bahan tulisan karena kini saya bertempat tinggal di rumah yang saya beli melalui internet untuk mendapatkan kontak dan meneliti gambar rumah yang saya inginkan. Baik kita langsung saja ke ceritanya dan selamat menyimak.
Pada tahun 2013, tahun lalu saya berniat untuk pindah karena pada waktu itu tempat kerja saya lebih jauh dibandingkan dengan rumah saya saat ini. Dahulu untuk mencapai tempat kerja saya memerlukan waktu sekitar satu jam lamanya, namun di tempat yang baru ini hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Itulah alasan saya yang pertama, alasan kedua adalah posisi saat ini lebih dekat dengan pusat kota sehingga akses internet lebih cepat dibanding rumah yang dahulu. Alasan ketiga saya adalah bahwa sekitar tempat yang baru lebih banyak sekolah yang bagus dan fasilitas juga lebih banyak, angkutan umum juga banyak pilihan sehingga kalau saudara berkunjung bisa dengan mudah misalkan tidak ingin membawa kendaraan pribadi.
Menentukan Posisi Rumah Yang Diinginkan
Hal pertama yang saya lakukan untuk mendapatkan rumah ini adalah dengan menentukan posisi sekitar mana yang saya inginkan. Saya ketik di google beli rumah, atau juga jual rumah, luas sekian dan harga sekian, rentang harga sekian sampai sekian. Uang yang saya miliki atau tepatnya harga rumah yang saya mampu jangkau adalah yang seharga kurang lebih 600 juta. Saya juga ingin yang ada di perumahan, makin dekat dengan pusat kota makin bagus.Pertama saya coba cari di internet dengan situs trovit, karena banyak hasil di google yang keluar situs itu. Saya lihat ada yang lokasi di kota tapi harganya 650 juta dengan kondisi bukan perumahan walaupun bisa masuk mobil. Daerah itu juga bukan daerah elit, tapi untuk harga segitu spesifikasi kemahalan. Karena luas hanya 100 meter persegi saja. Jadi saya hanya coba telpon dan barangkali bisa ditawar oleh saya kam bagus juga tuh. Setelah saya telpon tidak bisa ditawar ternyata, dia malah memberi referensi rumah lainnya yang dia jual, mungkin dia seorang makelar rumah atau agem properti.
Kemudian cari rumah di internet lagi, googling dan ketemu urbanesia, isinya ya mirip saja dengan trovit tapi lebih enak dilihat. Ada sejumlah rumah yang dijual yang posisi rumahnya berada di perumahan yang saya inginkan. Saya menemukan banyak tapi yang sesuai dengan uang saya hanya ada 3 rumah. Saya coba hubungi ketiganya untuk mencoba apakah boleh lihat rumahnya dengan masuk dan cona menawar. Dari 3 rumah itu saya hanya melihat 2 rumah karena yang satu lagi harus banyak yang diperbaiki.
Bertemu Dengan Penjual Rumah Setelah Kontak Karena Internet
Kini cerita pengalaman saya masuk ke rumah. Awalnya janjian dengan orang yang ada di internet itu, takut juga sih tapi saya beranikan diri karena makelar itu perempuan. Saya janjian di rumahnya dan bersama-sama datang ke rumah yang dia tawarkan. Bertemu dengan bapak yang punya rumah dan kami bercengkerama, tidak berapa lama mengenalkan jati diri masing-masing saya meminta ijin untuk melihat rumahnya. Pertama saat masuk ruang tamu terasa lega dan luas karena dia pasang cermin besar sehingga rumah nampak luas. Kemudian ke dapur, cukup modern dengan kompor paten dan kitchen set yang bagus dan apik dengam warna senada. Kemudian coba naik ke lantai 2 ternyata baru dibuat dak saja dan belum ada ruangan, hanya tempat jemur pakaian saja dipakainya.Setelah melihat saya coba tawar memawar dengan pemilik rumah tapi dia berkata bahwa kalau mau tawar bisa dengan istrinya karena istrinya yang mau jual rumah. Tapi saat itu sedang kerja di salon miliknya, kalau mau besok malam datang lagi untuk bertemu. Oke lah saya bilang begitu, singkat cerita besok saya datang lagi dan bertemu dengan suami dan istri tersebut. Ternyata yang istri lebih pintar soal uang dan lebih pelit hehehe. Pantas saja yang suami mempercayakan soal jual rumah ini ke istri.
Tawar Menawar Harga
Kami berdiskusi harga dan barang apa saja yang barangkali bisa diberikan kepada saya kalau saya akhirnya jadi membeli rumah itu. Dengan harga 580 juta belum termasuk pajak dia berjanji bisa memberikan juga satu set kebutuhan kamar yang dia sebut bisa sampai 30 juta, luas tanah 125 meter dan luas bangunan 100 meter. Kawasan yang cukup elit dengan posisi agak belakang di perumahan tersebut. Belum terjadi kesepakatan hari itu tapi kami bertukar nomor telepon seluler.Besoknya dia coba menurunkan harga, saya juga coba konsultasi dengan ayah saya siapa tahu mendapatkan pendapat yang bagus mengenai rumah ini. Benar saja, ayah mengingatkan ibu ini cukup cerdik jadi harus hati-hati. Ibu pemilik rumah ini menaikkan dan menurunkan harga dengan bonus yang berubah terus, jadi saya agak ragu dan menceritakan ini ke makelar, ternyata beberapa orang lain juga pernah melihat rumah ini tapi tidak jadi beli karena meragukan kejujuran ibu ini. Surat ternyata tidak lengkap dan berada di bank karena dulu ada yang mau beli tapi tidak jadi.
Saya minta makelar untuk melihat rumah yang satu lagi. Siang itu saya dan makelar ke rumah yang satu lagi. Rumah ini tanahnya lebih kecil, 105 meter, tapi dia tingkat dam luas bangunan di pbb adalah 170 padahal 150 pada kenyataannya. Biarlah nanti pbb akan jadi lebih besar bayarnya. Enaknya rumah yang ini adalah tidak perlu renovasi karena kamar ada 4,dan kamar mandi juga ada 4,sangat banyak menurut saya. Rumah juga sudah rapi, konstruksi bagus dan bahan bangunan tembok, cat dan kayu juga bagus. Beberapa hal juga bahkan bermerek sehingga saya yakin dan langsung melakukan deal setelah tawar menawar dan keliling rumah itu. Singkat cerita, ini rumah saya saat ini lho. Kami deal di harga 567 juta belum termasuk pajak dan notaris.
Mulai Ke Notaris
Saya kemudian memberikan uang tanda jadi dan berjanji akan bertemu besok dengan notaris untuk melakukan pengecekan di kantor pertanahan. Di notaris kami menyerahkan data diri berupa fotokopi ktp dan tanda sepakat untuk memberikan uang muka dan perkiraan cara pembayaran, setelah sepakat kami pulang dan akan dihubungi oleh notaris bila telah diperiksa tanah tersebut. Kurang lebih 3 hari saya dihubungi bahwa rumah dan tanah tersebut aman tidak bersengketa, lalu besoknya saya ke bank untuk mentransfer uang beli rumah sejumlah setengah dari harga kesepakatan jual. Bila telah bayar itu kami sepakat akan mulai urus perpindahan kepemilikan ke notaris. Setelah saya konfirmasi besoknya kami janjian dengan notaris.Di notaris mulai akad untuk pembelian rumah, dibacakan dengan jelas oleh notaris siapa pembeli dan siapa penjual, objek yang diperjualbelikan dan harga. Setelah itu kami menandatangani perjanjian dan surat akte jual beli yang bermeterai. Dan isi buku tamu notaris tersebut. Sekitar 2 bulan kata notaris akan dihubungi kalau surat sudah jadi semua dan jadi nama saya. Untuk pembayaran setengah lagi akan dibayarkan setelah pindah nama.
Kira-kira 2 bulan berikutnya saya dikontak bahwa surat sudah beres dan kini rumah telah jadi milik saya secara hukum. Sesuai perjanjian saya baysr lagi setengah dari kesepakatan harga jual. Syukur kini rumah dan tanah sudah nama saya, uang juga sudah lunas sehingga sudah punya hutang lagi ke orang. Sampai saat ini sudah 1 tahun rumah ini saya timggali, masih tetap kontak dijaga dengan pemilik rumah dulu karena orangnya baik dan dapat dipercaya.
Itulah pengalaman saya membeli rumah di internet, maksudnya ialah kita mendapatkan kontak dan gambar rumah yang kita butuh dan ingin kemudian dilanjutkan dengan ketemu langsung untuk dilanjutkan ke notaris. Tips dari saya, melihat orang penjual rumah pertama itu agak pelit sehingga urusan bisa panjang dan tarik ulur, sedangkan yang kedua cepat dan selesai karena dia butuh dan serius ingin jual. Jadi saat mencari rumah di internet saran saya adalah coba ketik dengan tambahan kata butuh uang atau jual cepat sehingga ia memang niat ingin cepat terjadi jual beli. Demikianlah yang bisa saya bagikan dalam tulisan ini, semoga pengalaman saya membeli rumah di internet ini memberi gambaran untuk anda praktekan dalam kehidupan anda.